Minggu, 08 April 2012

Materi Kuliah " Etika Hukum Kesehatan"


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat.
Dalam pelayanan kesehatan tentu ada aturan-aturan yang berkaitan dengan kesehatan yaitu bagaimana menghandle masalah-masalah itu tidak keluar dari etika dan hukum agar apa yang dikerjakan tidak menimbulkan efek secara etika dan hukum terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara lebih luas, etika merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pekerjaan profesi antara lain dokter, apoteker, ahli kesehatan masyarakat, perawat, wartawan, hakim, pengacara, akuntan, dan lain-lain.
Etika maupun hukum dalam suatu masyarakat mempunyai tujuan yang sama, yakni terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib, aman dan damai. Oleh sebab itu, semua masyarakat harus mematuhi etika dan hukum yang ada. Apabila tidak maka bagi pelanggar etika sanksinya adalah ‘moral” sedangkan bagi para pelanggar hukum, sanksinya adalah hukuman (pidana atau perdata).1
Petugas kesehatan dalam melayani masyarakat, juga akan terkait pada etika dan hukum, atau etika dan hukum kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan masyarakat, perilaku petugas kesehatan harus tunduk pada etika profesi (kode etik profesi) dan juga tunduk pada ketentuan hukum, peraturan. Perudangan-undangan yang berlaku. Apabila petugas kesehatan melanggar kode etik profesi akan memperoleh sanksi etika dari organisasi profesinya, dan mungkin apabila juga melanggar ketentuan peraturan atau perudangan-undangan, juga akan memperoleh sanksi hukum (pidana atau perdana).
Persoalan biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit semangkin kompleks dan krusial, karena pada saat otonomi daerah diberlakukan, rumah sakit tidak lagi sebagai unit pelaksana teknis, tetapi rumah sakit menjadi lembaga teknis. Akibatnya, masyarakat yang tergolong tidak mampu semangkin jauh dari jangkauan harapan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Persoalan klasik yang dihadapi adalah menyangkut masalah biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit yang kian tak terjangkau.

1.2  Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana rumah sakit dilema etik dan komersialisasi dalam pelayanan kesehatan

1.3  Tujuan Penulisan
  1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui rumah sakit dilema etik dan komersialisasi dalam pelayanan kesehatan
  1. Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui konsep dasar etika
b.      Untuk mengetahui pelayanan kesehatan
c.       Untuk mengetahui rumah sakit dilema etik dan komersialisasi dalam pelayanan kesehatan 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Konsep Dasar Etika  
2.1.1        Pengertian Dasar Etika
Secara etimologis etika diambil dari bahasa Yunani Ethos yang artinya adalah adat istiadat atau kebiasaan. Di dalam pengertian ini etika dan etiket memiliki makna yang kurang lebih sama. Namun dalam perkembanganya etika dihubungkan dengan hal-hal yang berkait erat dengan niali, sehingga etika menjadi bagian dari ranah aksiologi yang bahkan sering di sebut dengan filsafat tingkah laku manusia. [1]
Pengertian ini kemudian menjadikan etika sebagai sesuatu yang sangat berbeda dengan istilah sebelumnya yaitu adat isstiadat, namun mempnyai landasan pemikiran atau suatu kerangka berfikir yang akhirnya melahirkan suatu sikap yang lebih bernilai. Di dalam bukunya Bertens juga membedakan etika di dalam 3 pengertian yaitu :
1.      Etika dalam arti nilai atau moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok untuk mengatur tingkah laku yang di dalam hal ini bisa disamakan dengan adat, istiadat, ataupun kebiasaan.
2.      Etika diartikan sebagai kumpulan asa atau nilai moral yang juga lebih di kenal dengan kode etik.
3.      Etika yang mempunyai arti sebagai ilmu tentang baik dan buruk. Didalam hal ini etika baru menjadi ilmu apabila kemungkinan-kemungkinan etis yang begit saja diterima dalam suatu masyarakat menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.

2.1.2        Definisi Moral
Moral adalah suatu istilah yang sering juga dihubungkan dengan etika,  dan oleh karenanya memiliki arti yang kurang lebih sama dengan etika di dalam konteks baik dan buruk atau lebih tepatnya di dalam konteks nilai. Moral didefinisikan sebagai wejangan, khotbah, patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis tentang bagaiman manusia harus hidup dan bertindak agar dapat menjadi manusia yang baik.
Fungsi utama moral adalah memberi rambu pada tindakan manusia di dalam tataran konsep, sehingga jika diberlakukan secara kaku maka kesan yang ditimbulkan menjadi dingin dan kejam. Sebagai contoh aborsi.[2]



2.1.3        Hubungan Moral dan Etika
Hubungan moral dan etika sangat erat, mengingat etika membutuhkan moral sebagai landasan atau pijakan di dalam melahirkan sikap tertentu. Moral dan etika secara etimologis tidak ada bedanya yaitu suatu norma atau nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok. Sehingga jika terjadi pelanggaran atas norma tersebut seringkali seseorang dikaatakan bahwa perbuatannya tidak etis atau tingkah lakunya bejat dan tidak bernilai. Etika tidak menentukan benar dan salah, karena hal itu diatur oleh konsep moral. Kebenaran etika ditentukan oleh baik faktor internal maupun eksternal. [3]
1.      Faktor internal yang melandasi tindakan etis :
-          Kepercayaan atau keimanan seseorang
-          Pendidikan
-          Kepribadian dan aspek psikologisnya
2.      Faktor eksternal yang melandasi tindakan etis :
-          Aspek politik
-          Aspek ekonomi
-          Aspek teknologi dan ilmu pengetahuan
-          Aspek hukum dan adat istiadat
-          Aspek sosial
2.2  Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat.[4]
2.2.1        Batas-batas pelayanan kesehatan
Pelayanan Kesehatan pada masa ini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan  yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung jawabkan.
Sesuai dengan batasan diatas, pelayanan kesehatan memiliki bentuk dan jenis yang bermacam-macam yang ditentukan oleh:
1.      Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi.
2.      Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dari padanya.
3.      Sasaran pelayanan kesehatan, apakah perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.
2.2.2        Syarat-syarat pelayanan kesehatan
1.      Tersedianyan dan berkesinambungan (Available and continue)
Pelayanan Kesehatan harus tersedia dimasyarakat dan dilaksanakan secara berkesinambungan.
2.      Dapat diterima dan wajar (Acceptable and appropriate)
Pelayanan Kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan  wajar.
3.      Mudah dijangkau (Affortable)
Terjangkaunya dari segi pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan ekomoni-ekonomi masyarakat.
4.      Mudah dicapai (Accesible)
Pelayanan yang mudah dicapai lokasinya
5.      Bermutu (Quality)
Pelayanan Kesehatan satu pihak memuaskan pemakai jasa dan pihak  lain memberikan pelayanan sesuai dengan kode etik dan standar yang telah ditetapkan.
2.2.3        Ciri-Ciri pelayanan kesehatan
1.      Pleasantness : Seorang petugas harus mampu menyenangkan pelanggan
2.      Eagernees to help others : Seorang memiliki keinginan yang kuat dari dalam dirinya untuk membantu dan menyukai pelanggan
3.      Respect for other people : Seorang harus menghargai dan menghormati pelanggan
4.      Sens of responsibility is a realization that what one does and says is important : Seorang harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan perkataannya terhadap pelangan
5.      Oderly mind is essential nethodical and accurate work : Seorang harus memiliki jalan pemikiran yang terarh dan terorganisasi untuk melakukan pekerjaan dengan metode baik dan tingakat ketepatan yang tinggi.
6.      Neatnees indicates pride in self and job : Seorang harus memiliki kerapian diri dan bangga dengan pekerjaannya sendiri
7.      Accurate in everything done and is of permanent importance : Seorang harus melakukan pekerjaan dengan keakuratan atau ketelitian, hal ini merupakan sebuah nilai yang sangat penting.
8.      Loyality to bith management and collaugues make good temwork : Seorang harus bersikap setia kepada mnenejemen  dan rekan kerja, merupakan kunci membangun kerjasama
9.      Intelligence use of common sens at all time : Seorang senantiasa mengunakan akal sehat dalam memahami pelanggan dari waktu ke waktu.
10.  Tact saying and doing the righ thing at the righ time: Seorang memiliki keperibadian, berbicara bijaksana dan melakukan pekerjaan secara benar
11.  Yearning to be good servive clerk ang love of the work is essential : Seorang mempunyai keinginan menjadi pelayan yang baik serta mencintai pekerjaannya.
2.2.4        Faktor -faktor yang menentukan bentuk dan jenis pelayanan kesehatan.
1.      Pengorganisasian pelayanan
2.      Ruang lingkup kegiatan
3.      Sasaran Pelayanan Kesehatan
2.2.5        Macam- macam pelayanan kesehatan
1.      Pelayanan Kesehatan masyarakat
Pelayanan Kesehatan yang termasuk dalam kelompok Pelayanan Kesehatan masyarakat ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan sasarannya terutama kelompok dan masyarakat.
2.      Pelayanan Kedokteran
Pelayanan Kesehatan yang ternasuk dalam kelompok ini Pelayanan Kedokteran ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan dan sasarannya terutama untuk perorangan dan keluarga.
2.2.6 Sistem pelayanan kesehatan
1.  Pelayanan Kesehatan Dasar
Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dll selain rumah sakit.
2.  Pelayanan Kesehatan rujukan
Pelayanan umum dilakukan dirumah sakit. Pelayanan keperawatan diperlukan baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan.

2.3        Rumah Sakit Dilema Etik dan Komersialisasi Dalam Pelayanan Kesehatan
2.3.1  Pengertian, Fungsi, dan Tugas Rumah Sakit
a. Pengertian Rumah Sakit
Kata rumah sakit adalah merupakan suatu terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu dari kata Hospital. Dalam kamus besar bahasa  Indonesia, rumah sakit diartikan sebagai rumah tempat merwat orang sakit; tempat memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.[5]
Selanjutnya, J. Guwandi menjelaskan bahwa rumah sakit adalah suatu usaha yang menyediakan pemodokan yang memberikan jasa pelayanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang melahirkan.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/Men.Kes/per/II/1988 tentang Rumah Sakit dikatakan bahwa :
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat yang mencakup pelayanan medis maupun penunjangnya. Di samping itu, untuk rumah sakit tertentu dapat dimanfaatkan bagi pendidikan tenaga kesehatan maupun untuk penelitian.
b. Fungsi dan Tugas Rumah Sakit
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 159b/Men.Kes/Per/II/1998 tentang Rumah Sakit dijelaskan tentang tugas dan fungsi rumah sakit. Dalam pasal 8 dikatakan bahwa tugas rumah sakit adalah :
Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemeliharaan keadaan cacat badan dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatkan (promotif) dan pencegahan (preventif), serta melaksanakan upaya rujukan.
 Dalam pasal 9 dijelaskan bahwa fungsi rumah sakit adalah :
1.      Menyediakan dan menyelenggarakan
a.       Pelayanan medik
b.      Pelayanan penunjang medik
c.       Pelayanan perawatan
d.      Pelayanan rehabilitasi
e.       Pencegahan dan peningkatan kesehatan.
2.      Sebagai tempat pendidikan dan/atau latihan tenaga medik dan para medik
3.      Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan
2.3.2  Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan  Medis
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyakat.
Pelayanan medis merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk mencegah, mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan atas dasar hubungan antara pelayanan medis dan individu yang membutuhkan.
Pelayanan medis sebagai suatu upaya untuk mencegah, mengobati penyakit, memulihkan kesehatan atas dasar hubungan individu tersebut, menurut Benyamin Lumenta dalam bukunya Pelayanan Medis, Citra, Peran dan Fungsi Tinjauan Fenomena Sosial  menjelaskan bahwa pelayanan medis merupakan suatu upaya dan keegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan individu antara ahli pelayanan medis dan individu yang membutuhkan.
2.3.3  Rumah Sakit Dilema Etika dan Komersialisasi
Etika medis mempunyai tugas pokok untuk memahami niali-nilai manusiawi yang perlu dipertahankan dan dikembangkan dalam pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Etika itu berusaha memahami prisip-prinsip dasar kehidupan manusia yang tidak boleh dilupakan oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang medis, yang berurusan dengan kehidupan, kesehatan dan kematian manusia.
Etika medis merupakan bagian dari etika yang secara khusus memperhatikan pelaksanaan dan perencanaan pelayanan medis, semangat yang mendasarinya mencoba memahami pelayanan medis yang dilakukan oleh para dokter dan perawat.
Etika rumah sakit sebagai institusi yang berkembang dari etika profesi individu, juga bertopang pada asas-asas atau prinsip-prinsip yang pada dasarnya sama. Asas atau prinsip-prinsip itu dapat dikatakan sudah setua sejarah perkembangan rumah sakit itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam benak  setiap orang banyak (masyarakat) sudah tertanam pemahaman bahwa rumah sakit tidak lain kecuali berfungsi sosial. Secara tradisional masyarakat mengartikan fungsi sosial rumah sakit sebagai kedermawanan, belaskasihan, memberi pertolongan kepada orang miskin, karya tanpa pamrih untuk diri sendiri, beramal tanpa mengharapkan imbalan.
Ada kecenderungan pemanfaatan teknologi secara tidak tepat, seperti penggunaan berlebihan, duplikasi pemeriksaan, penggunaan tanpa indikasi yang tepat dan sebagainya denga tujuan pengembalian dana investasi.
Biaya-biaya itu tentu akan dibebankan kepada masyarakat (pasien), sehingga mengakibatkan biaya perawatan dan pengobatan di rumah sakit akan menjadi sangat mahal. Dengan demikian sudah dapat dipastikan bahwa masyarakat golongan ekonomi lemah semangkin sulit memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Rumah sakit adalah tempat pelayanan yang terjangkau, bermutu, dan memadai bagi seluuh rakyat. Tegasnya rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan medis tanpa diskriminasi terutama dari aspek ekonomi masyarakat (pasien).
Berikut adalah contoh kasus yang mencerminkan persolan itu. Misalnya, kasus ibu dan anaknya tidak diijinkan pulang sebelum melunisi biaya operasi melahirkan sebesar Rp. 800.000,- dari jumlah yang dibebankan sebesar Rp. 3. 200.000.
Tindakan penolakan apalagi penahanan terhadap pasien oleh pihak rumah sakit apakah dapat diperkenankan? dari kacamata etika profesi tindakan itu jelas melanggar asas-asas atau prinsip-prinsip etika profesi sebagaimana telah dijelaskan di atas. Jika dilihat dari kacamata hukum maka tindakan penahanan (penyanderaan) di atur dalam pasal 209 HIR. Ketentuan ini hanya dikenal pada lembaga utang piutang.
Dalam perkembangannya rumah sakit telah menjadi suatu institusi yang  berorientasi profit tidak dapat dielakan lagi. Hal ini tentu saja sudah disadari oleh kalangan profesi medis sendiri. Pada Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) yang lama (1986) sudah ada pernyataan : rumah sakit sebagai uni sosio-ekonomi tidak semata-mata mencari keuntungan.
Situasi kontradiktif antara etika medis dan komersialisasi jasa medis sudah tercipta. Untuk mengembalikan rumah sakit pada rel karitatif seperti semula tidaklah mudah, karena tarik menarik antara kedua kutup itu telah berlangsung dan ternyata sisi bisnis lebih dominan. Karena itu yang perlu dilakukan tidak lain adalah membenahi sistem nilai tentang layanan medis terutama berkaitan dengan dengan etika sosial /tanggung jawa sosial yaitu yang berkaitan dengan aspek profesi dan aspek pembiayaan. Dari aspek profesi medis harus sesuai denga asas-asas atau prinsip-prinsip etika medis.



[1] Indriyanti Dewi, A. “ Etika dan Hukum Kesehatan” hal 17
[2] Indriyanti Dewi, A. “ Etika dan Hukum Kesehatan” hal 19
[3] Indriyanti Dewi, A. “ Etika dan Hukum Kesehatan” hal 20
[4] Marcel, dkk “ Dilema Etika dan Hukum Dalam Pelayanan Medis” hal 7
[5] Marcel, dkk “ Dilema Etika dan Hukum Dalam Pelayanan Medis” hal 3

Sabtu, 07 April 2012

Materi Kuliah Manajemen Mutu "Kepuasan Pelanggan"


BAB  I
PENDAHULUAN


Globalisasi adalah konsep dimana didalamnya terdapat sebuah proses internasionalisasi produksi. Pada era globalisasi diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas yang didukung fisik dan mental yang sehat, sehingga mampu berkompetisi paling optimal. Tanpa didukung dengan kesehatan fisik dan mental yang baik, sumber daya manusia tidak akan mampu berkompetisi dengan optimal.
Secara tradisional kesehatan diukur dari aspek negatifilya seperti angka kesakitan, angka kecacatan, dan angka kematian. Melalui paradigma sehat, kesehatan sudah tidak lagi dipandang semata-mata sebagai bebasnya dan penyakit, tetapi sebagai sumber daya yang memberi kemampuan kepada individu, kelompok, organisasi dan masyarakat untuk mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan, dan Iingkungannya. Berbeda dengan paradigma lama yang berorientasi kepada penyakit, maka paradigma bare berorientasi kepada nilai positif kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup seoptimal mungkin melalui pengurangan dalam penderitaan dan kecemasan, serta peningkatan dalam harkat diri dan kemampuan untuk mandiri, sekalipun dalam menghadapi penyakit yang kronis maupun fatal (Manajemen Strategis Terpadu Dati II Bagi Masyarakat Miskin, 1999).
Saat ini dimana lingkungan sosial, ekonomi, dan politik berada pada situasi krisis, termasuk sektor kesehatan telah membuat masyarakat terutama masyarakat golongan miskin bertambah menderita karena semakin sulit menjangkau fasilitas kesehatan milik swasta maupun pemerintah. Dalam hal ini, rumah sakit sebagai organisasi sosial bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat_ Rumah sakit harus dapat berfungsi sebagai rumah sehat yang melaksanakan kegiatan promotif bagi kesehatan pasien, staf rumah sakit, dan
masyarakat di wilayah cakupannya serta pengembangan organisasi rumah sakit menjadi organisasi yang sehat. Penerapan sebagai rumah sehat memerlukan pendekatan terpadu dalam pengernbangan organisasi dan tenaga kesehatan. Gerakan rumah sehat akan menghasilkan penajaman pelayanan rumah sakit dalam menunjang gerakan kesehatan bagi semua dan pemberdayaan pasien serta staf rumah sakit (Manajemen Strategis Terpadu Dati II Bagi Masyarakat 1999).
Masyarakat selalu mengharapkan agar pelayanan rumah sakit, baik. milik pemerintah maupun swasta dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan bagi setiap pengguna yang memanfaatkannya_ Pasien menginginkan fasilitas yang baik dart rumah sakit, keramahan pihak rumah sakit, serta ketanggapan, kemainpuan, dan kesungguhan para petugas rumah sakit, Dengan demikian pihak nunah sakit dituntut untuk selalu berusaha.meningkatkan layanan kepada pasien. Gagliano dalam Dvvi Haryono Wiratno (1998),. mengatakan bahwa kualitas pelayanan (Service Quality) adalah pandangan konsumen terhadap hasil perbandingan antara ekspektasi konsumen dengan kenyataan yang diperoleh dari pelayanan. Sedangkan kepuasan adalah persepsi pelanggan terhadap satu per-satu. pengalaman layanan yang diterima (Cronin dan taylor, 1992). Konsumen akan puas kalau kinerja yang dirasakan sesuai dengan ekspektasinya, sebaliknya konsumen akan kecewa kalau kinerja yang dirasaksn di bawah. eksr.kiasinya. Selanjutnya konsumen akan sangat puas kalau kinarja yang dir75alcan melampaui ekspektasinya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, untuk mendapatkan pelanggan yang metnpunyai kesetiaan pada suatu perusahaan, maka kepuasan pelanggan menjadi suatu hal yang penting untuk dikelola secara lebih series.
Perusahaan harus mulai mernikirkan pentingnya program pelayanan pelanggan secara lebih matang melalui kualitas pelayanan. Bagaimana data apa saja yang bisa dilakukan agar kepuasan pelanggan bisa terlampaui dengan baik, karena kepuasan pelanggan tidak hanya diperoleh dari kualitas produk yang dikonsumsinya saja, melainkan juga pada pelayanan yang diberikan pihak perusahaan kepada pelanggannya. Para pelanggan tidak hanya menginginkan jasa pelayanan tertentu saja, akan tetapi juga dalam tingkat dan kualitas pelayanan yang Penuh. Perasahaan perlu memperhatikan atau bahkan mengedepankan orientasi untuk rnelayani pelanggan (customer servic'e) yang dapat memuaskan pelanggan. Parasuraman eta' mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai perbandingan antara layanan yang diharapkan konsumen dengan layanan yang diterimanya (Parasuraman et. al, 1988).
Adapun dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu, layanan yang diharapkan (expected service) dan layanan yang diterima (perceived service). Kemudian baik buruknya kualitas pelayanan bukan berdasarkan persepsi penyedia layanan tetapi berdasar persepsi konsumen terhadap prosesnya secara menyeluruh. Persepsi terhadap kualitas pelayanan merupakan keyakinan konsumen tentang layanan yang diterima atau layanan yang dialami (Parasuraman. etal, 1988).
Kualitas pelayanan dapat dilihat dart dimensi reliability (kemampuan mewujudkan janji), responsiveness (ketanggapan dalam memberikan layanan), assurance (kemampuan memberi jaminan layanan), emphaty (kemampuan memahami keinginan pelanggan), dan tangibles (tampilan fisik layanan) (Parasurano et. al, 1988). Kelima dimensi ini disebut SERVQUAL (Service Quality) yang merupkan suatu alat ukur kualitas pelayanan (Parasuraman et. al, 1988).
Badan Layanan Umum Daerah Sungailiat dalam operasinya dapat digolongkan sebagai perusahaan jasa, kemampuan memberikan kepuasan kepada pelanggannya (pasien) ditentukan oleh persepsi kualitas pelayanan yang terdiri dari lima dimensi dalam memenuhi harapan pelanggannya. Dimensi tersebut meliputi pertama,  keandalan (reliability) meliputi kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Kedua, daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Ketiga, jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para karyawan. Keempat, empati (emphaty) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan. Kelima, bukti langsung (tangibles) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan sarana komunikasi.
Sebagaimana diketahui bahwa Badan Layanan Umum Daerah Sungailiat merupakan salah satu Rumah Sakit Umum di Sungailiat. Jumlah pasien rawat Inap yang berobat di Rumah Sakit tersebut mengalami peningkatan tiap tahun sebagaimana terlihat dalam tabel 1.
Tabel 1: Jumlah Pasien Rawat Inap BLUD Sungailiat Tahun 2007-2008
No
Ruang
Jumlah Pasien
Hari
Perawatan
Jumlah
Tempat Tidur
2007
2008
2007
2008
2007
2008
1.
Laki-laki
1.303
1.128
4.663
3.502
18
18
2.
Wanita
1.124
1.006
3.842
3.588
20
20
3.
Anak
1.123
904
3.060
3.128
20
20
4.
Kebidanan
839
647
1.814
1.395
10
11
5.
W. Kusuma
426
872
1.648
2.823
21
20
6.
Utama/VIP
427
473
1.128
1.643
5
5
7.
Kelas I
409
348
1.195
933
4
4
8.
Kls I Utama
427
497
1.128
1.220
6
6
9.
I C U
180
155
534
498
2
2
Jumlah
6.258
6.030
19.012
18.730
106
106
  Sumber : Unit Medical Record BLUD Sungailiat

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu system kesehatan. Dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi simpul utama yang berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah Sakit adalah organisasi yang bersifat padat karya, padat modal, padat teknologi dan padat ketrampilan.
Rumah sakit berasal dari kata latin Hospitium yang berarti suatu tempat
tamu diterima. Dilihat dari konsep fungsi rumah sakit yang tradisional yaitu sebagai tempat pengobatan di luar tempat tinggal pasien. Rumah Sakit menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Rumah Sakit adalah pusat di mana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.
b. Rumah Sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
c. Rumah Sakit adalah tempat di mana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat di mana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.
d. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan menyelenggarakan kegiatan pelayanan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Definisi struktural rumah sakit adalah suatu fasilitas yang memberikan perawatan rawat inap dan pelayanan untuk observasi, diagnose dan pengobatan aktif untuk individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis dan rehabilitasi yang memerlukan pengarahan dan pengawasan seoarang dokter setiap hari dan definisi fungsional rumah sakit komunitas adalah suatu institusi dengan tujuan untuk menyelenggarakan perawatan kesehatan pribadi dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki secara efektif untuk kepentingan masyarakat. Menurut WHO, rumah sakit adalah institusi yang merupakaan bagian intregal dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap, baik kuratif maupun preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap kegiatan pelayanan medis serta perawatan. Institusi pelayanan ini juga merupakan latihan personil dan riset kesehatan.

2. Fungsi rumah Sakit dapat meliputi aspek
Menurut Permenkes RI No. 159b/Men Kes/Per/1998, fungsi rumah sakit
adalah :
a. Menyediakan dan menyelanggarakan pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.
b. Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik
c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.
Fungsi rumah sakit yang meliputi dua aspek diatas, tidak secara keseluruhan dapat dilakukan oleh seluruh rumah sakit milik pemerintah atau swasta, tetapi tergantung pada klasifikasi rumah sakit. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit dapat diketahui bahwa rumah sakit dengan kategori/kelas A, mempunyai fungsi, jumlah dan kategori ketenagaan, fasilitas, dan kemampuan pelayanan yang lebih besar dari pada rumah sakit dengan kelas lainnya yang lebih rendah, seperti kelas BII, BI, C dan kelas D. Fungsi-fungsi ini dilaksanakan dalam kegiatan Intramural (di dalam rumah sakit) dan ekstramural (di luar rumah sakit). Kegiatan intramural dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat jalan.




B. Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan rumah sakit untuk memenuhi permintaan konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart profesi dan standart pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit dengan wajar, efisien dan eektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan konsumen.
Kualitas pelayanan adalah merupakan fungsi harapan pasien pada saat sebelum melakukan keputusan atas pilihan yang dilakukan, pada proses penyediaan kualitas yang diterima pada dan pada kualitas output yang diterima. Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pasien dan berakhir dengan kepuasan pasien. Dua faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pasien terhadap kualitas jasa yaitu jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dirasakan atau dipersepsikan (perceived service). Apabila perceived service sesuai dengan expected service, maka kualitas jasa akan dipersepsikan baik atau positif. Jika perceived service melebihi expected service, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal atau excellence. Apabila perceived service lebih jelek dibandingkan expected service, maka kualitas jasa dipersepsikan negatif atau buruk.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah ukuran seberapa bagus pelayanan yang diberikan kepada pasien melalui pemenuhan kebutuhan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan pasien.

2. Aspek-aspek Kualitas Pelayanan
Aspek kualitas jasa atau pelayanan yang merupakan aspek sebuah pelayanan prima. Faktor yang menentukan kualitas pelayanan rumah sakit yaitu :
a.   Kehandalan yang mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya.
b.   Daya tangkap, yaitu sikap tanggap para karyawan rumah sakit melayani saat dibutuhkan pasien.
c.   Kemampuan, yaitu memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu
d.   Mudah untuk dihubungi atau ditemui
e.   Sikap sopan santun, respek dan keramahan karyawan
f.    Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pasien
g.   Dapat dipercaya atau jujur
h.   Jaminan keamanan
i.    Usaha untuk mengerti dan memahami kebutuhan pasien
j.    Bukti langsung yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan, representasi fisik dan jasa.

Dalam perkembangan berikutnya, Parasuraman 10 faktor yang mempengaruhi kualitas yang ada dengan dirangkum menjadi 5 faktor pokok dalam keunggulan pelayanan, yaitu :
a.   Bukti fisik (tangibles), bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan material yang digunakan rumah sakit dan penampilan karyawan yang ada.
b.   Reliabilitas (reliablility) berkaitan dengan kehandalan kemampuanrumah sakit untuk memberikan pelayanan yang segera dan akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan memuaskan
c.   Daya tanggap (responsiveness), sehubungan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pasien dan merespon permintaan mereka dengan tanggap, serta menginformasikan jasa secara tepat.
d.   Jaminan (assurance) yakni mencakup pengetahuan, ketrampilan, kesopanan, mampu menumbuhkan kepercayaan pasiennya. Jaminan juga berarti bahwa bebas bahaya, resiko dan keragu-raguan.
e.   Empati (empathy) berarti kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pasien sebagai pelanggan dan bertindak demi kepentingan pasien.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat lima
faktor atau aspek kualitas pelayanan yaitu bukti fisik, reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati .

C. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
1. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungís pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap mengalami tingkat proses transformasi, yaitu :
a.   Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan kenyakinan dirawat tinggal dirumah sakit.
b.   Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.
c.   Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam program perawatan dan terapi
d. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
e. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan. Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa ulang.
Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap dengan cara menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi medik atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan pengawasan dokter dan perawat serta petugas medik lainnya setiap hari.

2. Kualitas Pelayanan Rawat Inap
Jacobalis (1990) menyampaikan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
a.   Penampilan keprofesian atau aspek klinis
      Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi lainnya
b.   Efisiensi dan efektivitas
      Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna
c.   Keselamatan pasien
      Aspek ini menyangkut keselamatan dan kemanan pasien
d.   Kepuasan pasien
      Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental dan sosial pasien terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Menurut Adji Muslihuddin (1996), mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik, apabila :
a.   Memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit
b.   Menyediakan pelayanan yang benar-benar profesional dari setiap strata pengelola rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai pulangnya pasien
Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut :
a.   Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan segera
b.   Penanganan pertama dari perawat harus mampu membuat menaruh kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar
c.   Penanganan oleh para dokter dan perawat yang profesional akan menimbulkan kepercayaan pasien bahwa mereka tidak salah memilih rumah sakit
d.   Ruangan yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit
e.   Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional
f.    Lingkungan rumah sakit yang nyaman.

3. Pelayanan Tenaga Medis
Tenaga medis merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling besar dalam menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada pasien di Rumah Sakit. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya, menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat  dipertanggungjawabkan kepada pasien dari rumah sakit.
Donabedian (1980), mengatakan bahwa perilaku dokter dalam aspek manajemen, manajemen lingkungan sosial, manajemen psikologi dan manajemen terpadu, manajemen kontinuitas dan koordinasi kesehatan dan penyakit harus mencakup beberapa hal, yaitu :
a.   Ketepatan diagnosis
b.   Ketepatan dan kecukupan terapi
c.   Catatan dan dokumen pasien yang lengkap
d.   Koordinasi perawatan secara kontinuitas bagi semua anggota keluarga

4. Pelayanan Tenaga Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawa baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang cukup potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu, karena selain jumlahnya yang dominan juga pelayanannya menggunakan metode pemecahan masalah secara ilmiah melalui proses keperawatan.
Asuhan keperawatan meliputi :
a.   Pelayanan keperawatan (Nursing Service ) adalah seluruh fungsi, tugas, kegiatan dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh seorang perawat dalam praktek profesinya
b.   Asuhan keperawatan (Nursing Care) adalah suatu pelayanan keperawatan langsung berupa bantuan, bimbingan, penyuluhan, pengawalan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Menurut Doenges (2000) menyebutkan proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap yang spesifik, yaitu 19
a.   Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya
b.   Identifikasi Masalah/Diagnosa Keperawatan
Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi
c.   Perencanaan
Adalah proses dua bagian yaitu pertama adalah identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien. Kedua adalah pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan
d.   Implementasi
Impelementasi adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan
e.   Evaluasi
Adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana keperawatan jika diperlukan.

5. Penyediaan Sarana Medik, Non Medik dan Obat-obatan
Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penunjang untuk melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan sebagainya tergantung dari tipe rumah sakit, di samping tersedianya sarana penunjang medik juga tersedia alat-alat keperawatan. Dalam rumah sakit, obat merupakan sarana yan mutlak diperlukan, bagian farmasi bertanggung jawab atas pengawasan dan kualitas obat. Persediaan obat harus cukup, penyimpanan efektif, diperhatikan tanggal kadaluwarsanya, dan sebagainya.

D. Persepsi Pasien
1. Pengertian Persepsi
Beberapa pengertian persepsi antara lain :
a.   Persepsi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya atau menerima langsung / tanggapan dari suatu resapan.
b.   Persepsi adalah sebuah proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
c.   Persepsi merupakan suatu proses dimana individu melakukan pengorganisasian terhadap stimulus yang diterima kemudian diinterpretasikan, sehingga seseorang dapat menyadari dan mengerti tentang apa yang diterima dan hal ini dipengaruhi pula oleh pengalaman-pengalaman yang ada pada diri yang bersangkutan.
d.   Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menyimpulkan pesan.
e.   Menurut Bimo Walgito, persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpreasian terhadap rangsang yang diterima oleh organismo atau individu sehingga sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.

2. Proses Pembentukan Persepsi
Persepsi dibentuk oleh tiga pengaruh yakni :
a.   Karakteristik dari stimuli (rangsangan) di mana stimulus merupakan hal di luar individu yang dapat berbentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu
b.   Hubungan stimuli dengan sekelilingnya. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Hal tersebut berarti bahwa setiap orang dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap satu objek yang sama.
c.   Kondisi yang ada dalam diri individu yang bersangkutan dalam persepsi ada yang perlu diperhatikan bahwa persepsi dapat sangat berbeda dengan kenyataan yang ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Dengan melihat satu objek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi
yang berbeda, karena persepsi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti berikut :
a.   Faktor Pelaku Persepsi
Bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba, maka penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari orang yang berpersepsi yang mencakup sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan
b.   Faktor Objek
Karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan karena target tidak dpandang dalam keadaan terisolasi, namun objek yang berdekatan akan cenderung dipersepsikan bersama-sama. Faktor target mencakup hal-hal baru yakni gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan.
c.   Faktor Situasi
Faktor situasi ini mencakup waktu, keadaan / tempat kerja dan keadaan sosial.
Sebenarnya perilaku individu didasarkan pada persepsi mereka terhadap realitas dan bukan realitas itu sendiri. Bila seseorang ingin membeli produk, maka ia merespon persepsinya tentang produk dan bukan produk itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah :
a.   Faktor internal yang meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang  dianut dan ekpektasi / pengharapan
b.   Faktor ekternal yang meliputi penampilan produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan.
Persepsi diartikan sebagai proses dengan apa seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasi informasi. Proses seseorang untuk sampai pada perilaku pembelian / pemanfaatan suatu produk atau jasa melalui tahapan: identifikasi masalah (adanya kebutuhan), pencarian informasi, evaluasi alternatif dan pembelian / pemanfaatan serta evaluasi pasca pembelian.
Pengetahuan persepsi pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat berguna untuk penyedia layanan jasa kesehatan karena akan meningkatkan peluang di dalam membuat keputusan peningkatan mutu menjadi lebih baik. Apabila telah diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mutu dari pasien, maka kebutuhan dan harapan pasien bisa ditentukan dan dipenuhi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasandan dapat membentuk loyalitas pasien.



E. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan
1. Persepsi dan Harapan Pasien Rumah Sakit
Menurut Gilson, dkk (1994) dalam tesis Atit Hadiati (2002), yang menjadi elemen penting dalam menentukan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan :
a.   Kemanjuran obat, keterjangkauan biaya, tidak membutuhkan waktu yang lama dalam proses perawatan
b.   Memperoleh obat merupakan faktor yang terpenting yang mendasari pola pemanfaatan pelayanan kesehatan
c.   Pandangan yang menyeluruh mengenai penampilan, seperti sikap petugas yang baik, kecakapan petugas dan hubungan dengan pasien
d.   Persepsi masyarakat terhadap kualitas sarana dan prasarana yang meliputi jarak yang dapat dicapai, keadaan gedung, ruang tunggu, privasi dan kelengkapan peralatan medis
e.   Persepsi masyarakat terhadap kualitas proses yang meliputi ketrampilan petugas, kecukupan staf, biaya perawatan dan penjelasan pengobatan
Dalam konsep kualitas yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithmal
dan Berry (1990) yang dikenal dengan servqual model menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan pasien terhadap jasa pelayanan, yaitu :
a.   Pengalaman dari teman (word of mouth)
b.   Kebutuhan atau keinginan (personal need)
c.   Pengalaman masa lalu saat menerima jasa pelayanan (past experience)
d.   Komunikasi melalui iklan/pemasaran (external communi-cations to customer)

2. Faktor yang berhubungan dengan keputusan pasien rumah sakit
Di dalam masyarakat terdapat bermacam-macam kelompok yang mempunyai perbedaan yang menggambarakan nilai dan kekuatan kelompok tersebut. Perbedaan ini akan mempengaruhi persepsi dan harapan pasien.

Menurut Anderson (1974) dalam buku Notoatmodjo, dkk (1989) terdapat tiga kategori utama yang mempengaruhi pelayanan kesehatan, yaitu :
a.   Karakteristik Predisposisi
Menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Hal ini karena ada ciri-ciri demografi seperti jenis kelamin, umur, dan status marital karena struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan dan lain-lain serta keyakinan bahwa pelayanan dapat menolong proses kesembuhan penyakit
b.   Karakteristik Pendukung
Penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada sangat tergantung pada kemampuan konsumen untuk membayar
c.   Karakteristik Kebutuhan
Teori pemanfaatan pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan permintaan akan pelayanan kesehatan oleh konsumen. Permintaan akan pelayanan kesehatan justru selama ini yang meningkat. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah benar-benar mengeluh sakit serta mencari pengobatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan diantaranya adalah pengetahuan tentang kesehatan, sikap terhadap fasilitas kesehatan dan pengalaman terhadap kemampuan fasilitas kesehatan tersebut.

F. KEPUASAN PASIEN
1. Pengertian kepuasan
Kepuasan adalah reaksi emosional terhadap kualitas pelayanan yang dirasakan dan kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan pendapat menyeluruh atau sikap yang berhubungan dengan keutamaan pelayanan. Dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan yang di pandang dari kepentingan konsumen dalam hal ini adalah pasien.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang ada. Dansky mengatakan bahwa pemuasan pelanggan atau pasien adalah prinsip dasar
manajemen mutu kualitas.
Kualitas pelayanan kesehatan sebenarnya menunjukkan kepada penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan. Secara umum disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan kesehatan, makin sempurna pula kualitasnya. Penampilan merupakan keluaran (output) dipengaruhi oleh a) proses (proces) meliputi tindakan medis dan non-medis sesuai dengan standar (standar of cunduct), b) masukan (input) yang meliputi tenaga, dana, sarana serta c) lingkungan (environment) meliputi kebijakan,
organisasi dan manajemen.
Kepuasan konsumen dalam hal ini pasien penting karena konsumen yang puas akan menjaga hubungannya dengan provider. Sedangkan Strasser dan Davies, menyatakan bahwa konsumen memainkan peran yang besarsebagai evaluator mutu atau kualitas, maka keberhasilan organisasi di masa depan akan tergantung pada derajat kepuasan konsumen.
Kepuasan konsumen dapat diartikan sebagai sikap konsumen, yakni berapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap pelayanan yang pernah dirasakan. Oleh karena itu perilaku konsumen dapat juga sebagai model perilaku pembeli, sedangkan kepuasan dan kesetiaan (loyalitas) pasien sebagai pengguna pelayanan adalah unsur pokok diantara kepuasan dan kesetiaan lainnya.

2. Teori Kepuasan Pasien
Menurut Haryanti dan Hadi, ada dua teori dalam memahami kepuasan pada konsumen dalam hal ini terhadap pasien :
a.   The Expectancy Disconfirmation Model
Oliver menyampaikan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah hasil perbandingan antara harapan dan pra pembelian atau pemilihan atau pengambilan keputusan (prepurchase expectation) yaitu keyakinan kinerja yang diantisipasi dari suatu produk atau jasa dan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh.
b.   Equity Theory
Dikemukakan oleh Stacy Adams tahun 1960, dua komponen yang terpenting dari teori ini, yaitu apa yang di dapat (inputs) dan apa yang dikeluarkan (outcomes). Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas tergantung pada apakah ia merasakan keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi. Jika input dan outputnya sama apabila dibandingkan dengan input dan output orang/jasa yang dijadikan perbandingan maka kondisi itu disebut puas.

3. Aspek-aspek kepuasan pada pasien
Bentuk kongret untuk mengukur kepuasan pasien rumah sakit, dalam seminar survai kepuasan pasien di Rumah Sakit, Junadi P mengemukakan ada empat aspek yang dapat diukur yaitu :
a.   Kenyamanan, aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang hal yang menyenangkan dalam semua kondisi, lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan ruangan, makanan dan minuman, peralatan ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan WC/kamar mandi, pembuangan sampah, kesegaran ruangan, dan lain sebagainya
b.   Hubungan pasien dengan petugas Rumah Sakit, dapat dijabarkan dengan pertanyaan petugas yang mempunyai kepribadian baik yang mendukung jalannya pelayanan prima terjadi yang menyangkut keramahan, informasi yang diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi, dukungan, tanggapan dokter/perawat di ruangan IGD, rawat jalan, rawat inap, farmasi, kemudahan dokter/perawat dihubungi, keteraturan pemberian makanan, obat, pengukuran suhu dan lain sebagainya.
c.   Kompetensi teknis petugas, dapat dijabarkan dalam pertanyaan mengenai ketrampilan, pengetahuan dan kualifikasi petugas yang baik seperti kecepatan pelayanan pendaftaran, ketrampilan dalam penggunaan teknologi, pengalaman petugas medis, gelar medis yang dimiliki, terkenal, keberanian mengambil tindakan, dsb.
d.   Biaya, dapat dijabarkan dalam pertanyaan berkaitan dengan jumlah yang harus diberikan atas pelayanan yang telah didapatkan, seperti kewajaran biaya, kejelasan komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang sejenis lainnya, tingkat masyarat yang berobat, ada tidaknya keringanan bagi masyarakat miskin. Tentu saja faktor diatas bisa dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi rumah sakit sepanjang itu dapat didefinisikan dan diukur. Kepuasan pasien memang merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, oleh karenanya subyektifitas pasien diperngaruhi oleh pengalaman pasien di masa lalu, pendidikan, situasi psikhis saat itu, dan pengaruh keluarga dan lingkungan.

G. Karakteristik Pasien
Karakteristik adalah ciri khusus yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Ciri khusus ini dapat berupa fisik seperti pekerjaan, pemilikan dan pendapatan, maupun non fisik seperti pengalaman dan kebutuhan yang dapat beraneka ragam.
Abramson menyatakan bahwa jenis kelamin, umur, paritas, etnis, agama, status perkawinan, status sosial meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepadatan rumah, tempat tinggal yang meliputi desa-kota dan morbiditas merupakan variabel-variabel universal yang harus diperhitungkan untuk diikutsertakan dalam suatu penelitian meskipun tidak secara otomatis digunakan sebagai variabel penelitian. Jumlah variabel sebanyak yang diperlukan dan sesedikit mungkin.
Sedang Bennet menyatakan bahwa umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, pendidikan, pekerjaan serta pendapatan berkaitan dengan kebutuhan pencarian pelayanan kesehatan. Kebutuhan terkait dengan hal yang nyata seperti penggunaan fasilitas, persepsi pasien terhadap kualitas pelayananan dan hubungan antara pasien dan petugas pelayanan kesehatan.
Tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengidentifikasi status sosioekonomi. Pendidikan mempengaruhi apa yang akan dilakukan yang tercermin dari pengetahuan, sikap dan perilaku. Pendidikan yang rendah berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang rendah. Angka kesakitan sangat berbeda jumlahnya pada pendidikan rendah dan pekerjaan yang tidak memadai. Hampir semua penyakit teridentifikasi diantara populasi dengan tingkat pendidikan rendah, dan bila dibandingkan dengan pendidikan tinggi perbedaan itu tampak nyata. Pendidikan dan sosioekonomi menentukan tingkat kesehatan seseorang. Pendidikan dapat memperbaiki perilaku kesehatan serta membantu mencegah penyakit. Uang dapat digunakan untuk membeli pelayanan kesehatan dan perbaikan lingkungan. Pendidikan, kekayaan dan status sosial berhubungan dengan kesakitan dan kematian khususnya pada mayoritas warga pedesaaan yang miskin.
Muchlas menyatakan bahwa pekerjaan mempengaruhi komunitas di mana mereka bergaul. Istri yang tidak bekrja dengan pendidikan rendah biasanya lebih mempertahankan nilai-nilai tradisional. Sikap mereka terhadap kesehatan pribadi, kepercayaan mengenal nilai medis semuanya diperoleh dari orangtua.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah menyatakan bahwa pendapatan adalah penerimaan berupa uang maupun barang yang diterima atau dihasilkan oleh anggota keluarga. Informasi pendapatan cenderung memberikan data yang tidak sebenarnya, oleh karena itu pendapatan dapat diproksimasi dengan pengeluaran merupakan gambaran pendapatannya.
Kelas perawatan adalah tingkatan fasilitas ruangan perawatan yang dipilih pasien dengan disesuaikan dengan pendapatan yang dmiliki, semakin baik fasilitasnya maka nilai nominal yang dikeluarkan semakin tinggi.
Penyakit adalah apa yang didapatnya sepulang dari dokter. 42 Kleinman menggambarkan penyakit sebagai gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologis dan psikofisiologis pada seseorang.








BAB  III
HASIL


A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah Perkembangan BLUD Sungailiat, Bangka
Badan Layanan Umum Daerah Sungailiat yang saat ini berada di Kota Sungailiat adalah merupakah rumah sakit kelas C milik Pemerintah Kabupaten Bangka, terletak strategis pada jalur lalu lintas utama di
sebelah Utara Pulau Bangka, yaitu tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman No.195 Kelurahan Parit Padang Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka dan rumah sakit ini terletak dekat dengan lokasi pemukiman.
Pada awalnya BLUD ini merupakan rumah sakit paru milik Misi Katholik yang dinasionalisasikan dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 12 November 1970 sebagai rumah sakit kelas D. Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 1996 dengan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 539/Menkes/SK/VI/1997 rumah sakit umum daerah sungailiat ditetapkan menjadi rumah sakit kelas C diresmikan tanggal 26 Februari 1997 dan barulah pada Agustus 2011 dikeluarkan Surat Keputusan Bupati Bangka  Nomor : 180/02/VIII/2011 pada tanggal 24 Agustus 2011 ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah Sungailiat.

2. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Rumah Sakit
a. Visi
”BLUD Sungailiat mempunyai visiMemberdayakan dan mengembangkan BLUD Sungailiat menjadi rumah sakit unggulan dengan pelayanan yang prima dengan semangat kebersamaan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Bangka”.



b. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, BLUD Sungailiat mempunyai misi sebagai berikut :
1.      Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2.      Meningkatkan pelayanan kesehatan secara prima.
3.      Melengkapi berbagai jenis pelayanan spesialis.
4.      Melengkapi sarana dan prasarana penunjang kegiatan Rumah Sakit untuk sektor unggulan kabupaten.
5.      Meningkatkan manajemen pendapatan Rumah Sakit dan kesejahteraan karyawan.

3. Jenis pelayanan Rumah Sakit
a. Rawat Jalan




b. Rawat Inap, yang terbagi menjadi 5 kelas (VIP,Utama,1,2,3)
  1. Merpati (Penyakit Dalam Laki-laki)
  2. Mawar (Penyakit Dalam Perempuan)
  3. Melati (Kebidanan)
  4. Rajawali (Bedah)
  5. Bougenville (VIP)
  6. Wijaya Kusuma (Syaraf)
  7. ICU (Intensive Care Unit)
  8. Paviliun
  9. Kenanga (Anak)
10.
c. Penunjang Medis


B. Kepuasan Pelanggan

Diagram 1 : Kepuasan Pasien Rawat Inap dan IGD BLUD Sungailiat 2008
Dari diagram di atas kita dapatmelihat bahwa sebagian besar (70%) pasien rawat inap menyatakan puas terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh BLUD Sungailiat. Namun masih terdapat sebagian kecil (30%) pasien yang merasakan tidak puas terhadap pelayanan yang telah diberikan.
Sama halnya dengan pasien rawat inap, sebagian besar (80%) pasien IGD juga merasa puas terhadap pelayanan yang telah mereka terima. Sedangkan 20 persennya merasa tidak puas terhadap pelayanan yang telah diberikan. Hal ini sangatlah mungkin terjadi, karena terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan mereka. Maka untuk itu sangatlah penting bagi sebuah rumah sakit untuk menganalisa tingkat kepuasan pasien mereka.
Analisa terhadap kepuasan pasien akan sangat bermanfaat sekali bagi sebuah rumah sakit. Merkouris, et al menyatakan bahwa mengukur kepuasan pasien dapat digunakan sebagai alat untuk; 1) evaluasi kualitas pelayanan, 2) evaluasi terhadap konsultasi intervensi dan hubungan antara perilaku sehat dan sakit, 3) membuat keputusan administrasi, 4) evaluasi efek dari perubahan organisasi pelayanan, 5) administrasi staff, 6) fungsi pemasaran, 7) formasi etik
frofessional 5,6,7. Kita dapat menyimpulkan bahwa,  BLUD Sungailiat telah memberikan pelayanan yang cukup berkualitas sehingga sebagian besar dari pasien merasakan puas terhadap pelayanan yang telah mereka berikan. Namun, pihak rumah sakit juga harus mengevaluasi lagi, karena masih terdapat sebagian kecil pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan yang telah mereka berikan. Hendaknya pelayanan yang diberikan lebih ditingkatkan lagi kualitasnya.

Tabel 2: Jumlah Kunjungan Pasien Haemodalisa BLUD Sungailiat Tahun 2007-2008

No
Kegiatan
Jumlah
2007
2008
1.
Jumlah Pasien
444
704


Tabel 3: Jumlah Kunjungan Pasien Fisioterapi BLUD Sungailiat Tahun 2007-2008

No
Kegiatan
Jumlah
2007
2008
1.
Therapi elektronik
137
157
2.
Therapi latihan gerak
75
132
3.
Akupuntur
-
175
Jumlah
202
464


Tabel 4: Pendapatan BLUD Sungailiat Tahun 2007-2008

No
Keuangan RS
Tahun
2007
(Rp)
2008
(Rp)
1.
Penerimaan RS
1.226.692.330
2.594.890.579,43
2.
Target
2.000.000.000
2.000.000.000

Persentase
61,33 %
57,66 %










BAB  IV
PENUTUP


Kesimpulan
Sebagian besar pasien blud Sungailiat, Bangka baik pasien rawat inap maupun IGD merasa puas dengan pelayanan yang telah mereka terima. Faktor penentu tingkat kepuasan yang paling penting dalam menentukan tingkat kepuasan responden rawat inap dan IGD adalah faktor reliability.
Faktor penentu tingkat kepuasan pasien untuk rawat inap diurutkan dari yang paling penting adalah, reliability, assurance, accesibility, responsiveness, tangible, dan terakhir empathy. Faktor penentu tingkat kepuasan pasien untuk IGD diurutkan dari yang paling penting adalah, reliability, tangible, responsiveness, accesibility, assurance, dan terakhir, empathy.
Diharapkan pihak manajemen BLUD Sungailiat, Bangka dapat lebih memperhatikan faktor-faktor yang pasien anggap paling penting dalam menentukan kepuasan pasien, dan juga meningkatkan kualitas pelayanan, terutama pada faktor-faktor yang pasien anggap paling penting dalam menentukan kepuasan mereka.
ëRuang Laki-laki  (R. Merpati)
ëRuang Wanita (R. Mawar)
ëRuang VIP (R. Bougenvile)      
ëRuang Kelas I Utama (R. Anggrek)
ëRuang Kebidanan (R. Melati)      
ëRuang Kelas I (R. Dahlia)      
ëRuang ICU      
ëRuang Anak (R. Kenanga)
ëRuang Wijaya Kusuma